Pengertian Konstipasi
Konstipasi atau sembelit adalah kondisi sulit buang air besar secara teratur, tidak bisa benar-benar tuntas, atau tidak bisa sama sekali. Secara umum, seseorang bisa dianggap mengalami konstipasi apabila buang air besar kurang dari tiga kali dalam seminggu.
Tiap pengidap bisa mengalami konstipasi dengan tingkat keparahan berbeda-beda. Ada yang mengalaminya untuk waktu singkat dan ada juga yang jangka panjang atau kronis. Konstipasi kronis biasanya menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman yang bisa memengaruhi rutinitas sehari-hari.
Penyebab dan Faktor Risiko Konstipasi
Konstipasi atau sembelit merupakan penyakit yang sangat umum dan bisa diderita oleh siapa saja. Meski demikian, penyakit ini dua kali lebih banyak dialami oleh wanita daripada pria, terutama pada masa kehamilan. Lansia juga termasuk kelompok orang yang lebih sering mengalaminya.
Penyebab konstipasi pada seseorang bisa lebih dari satu faktor. Misalnya, kurang minum, kurang konsumsi serat, perubahan pola makan, serta kebiasaan mengabaikan keinginan untuk buang air besar, efek samping obat-obatan, dan gangguan mental seperti kecemasan dan depresi.
Sementara pada anak-anak, pola makan yang buruk, rasa cemas saat menggunakan toilet, dan masalah saat latihan menggunakan toilet bisa menjadi penyebab konstipasi.
Langkah Pengobatan Konstipasi
Perubahan pola makan dan gaya hidup merupakan langkah utama dalam mengobati konstipasi. Langkah-langkah tersebut meliputi:
- Meningkatkan konsumsi serat per hari secara bertahap.
- Mengonsumsi lebih banyak air putih.
- Lebih sering berolahraga.
Jika perubahan sederhana pada pola makan dan gaya hidup tidak bisa membantu, Anda sebaiknya memeriksakan diri ke dokter. Setelah mendiagnosis kondisi Anda, dokter umumnya akan memberikan obat pencahar untuk melancarkan proses buang air besar. Langkah ini biasanya efektif, tapi tubuh Anda membutuhkan waktu beberapa bulan untuk membiasakan diri dengan proses buang air besar secara rutin.
Pencegahan dan Komplikasi Konstipasi
Di samping mengubah pola makan dan gaya hidup, Anda juga bisa mengurangi risiko konstipasi dengan tidak mengabaikan keinginan untuk ke toilet dan mengatur jadwal buang air besar agar bisa dilakukan dengan leluasa dan nyaman.
Konstipasi jarang menyebabkan komplikasi. Namun jika dialami dalam jangka panjang, konstipasi dapat menyebabkan hemoroid atau wasir, impaksi feses (menumpuknya tinja kering dan keras di rektum), sobeknya kulit pada anus, serta prolaps rektum (sebagian usus yang mencuat keluar dari anus akibat mengejan).
Gejala Konstipasi
Gejala utama konstipasi adalah kesulitan buang air besar dengan frekuensi yang lebih jarang dari biasanya (kurang dari tiga kali dalam seminggu). Sementara sejumlah tanda-tanda umum yang menyertai gejala utama meliputi:
- Harus mengejan saat buang air besar.
- Proses buang air besar terasa tidak tuntas.
- Tinja terlihat kering, keras, atau bergumpal.
- Ukuran tinja bisa besar atau sangat kecil.
- Terasa ada yang mengganjal pada rektum.
- Sakit dan kram perut, terutama pada perut bagian bawah.
- Perut terasa kembung
- Mual
- Tidak nafsu makan.
Periksakan diri ke dokter apabila Anda mengalami gejala konstipasi disertai kelelahan, penurunan berat badan tanpa alasan jelas, mual, muntah, serta pendarahan pada rektum.
Konstipasi juga sering dialami oleh bayi dan anak-anak dengan gejala yang mirip dengan orang dewasa. Tetapi ada beberapa gejala lain yang mungkin akan dialami oleh anak-anak dan bayi, seperti sering mengeluarkan bercak-bercak di celana karena tinja yang menumpuk di rektum, tinja atau kentut berbau busuk, serta cenderung terlihat lemas, rewel atau murung.
Segera bawa anak Anda ke dokter jika mengalami konstipasi. Penanganan dengan obat pencahar untuk anak sering dianjurkan oleh dokter.
Penyebab Konstipasi
Konstipasi umumnya terjadi ketika tinja bergerak terlalu lamban dalam sistem pencernaan. Akibat banyak sisa-sisa makanan yang tertinggal terlalu lama, kolon atau usus besar akan menyerap air makin banyak, sehingga membuat tinja menjadi keras dan kering.
Penyakit ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang terkadang terjadi secara bersamaan. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:
- Pola makan yang buruk, misalnya kurang mengonsumsi serat atau kurang minum.
- Kurang aktif dan jarang melakukan olahraga.
- Mengabaikan keinginan untuk buang air besar.
- Rasa tidak leluasa saat menggunakan toilet.
- Kekurangan atau kelebihan berat badan.
- Gangguan mental, seperti kecemasan atau depresi.
- Penyakit atau kondisi medis lain, misalnya diabetes, prolaps rektum, penyumbatan atau penyempitan usus, kanker usus besar, stroke, penyakit Parkinson, cedera saraf tulang belakang, hipotiroidisme, serta hipertiroidisme.
- Efek samping obat-obatan tertentu, contohnya suplemen kalsium, suplemen zat besi, antasida yang mengandung aluminium, obat diuretik, analgesik yang mengandung opium (seperti kodein dan morfin), antidepresan, antiepileptik untuk pengobatan epilepsi, serta antipsikotik untuk pengobatan skizofrenia dan penyakit kejiwaan lainnya. Jika penyebabnya memang obat, konstipasi biasanya akan reda saat Anda berhenti meminum obat tersebut.
Konstipasi Pada Bayi dan Anak-anak
Bayi dan anak-anak sering mengalami konstipasi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkannya adalah:
- Pola makan yang buruk, misalnya bayi yang minum susu terlalu banyak atau anak-anak yang makan dengan porsi berlebihan, kurang minum air putih, atau kurang asupan seratnya.
- Sering menahan keinginan buang air besar, contohnya karena terlalu asyik bermain.
- Merasa tertekan saat latihan menggunakan toilet, misalnya karena diajari terlalu dini atau karena orang tua yang terlalu sering menasihati.
- Perubahan rutinitas, seperti cemas karena hari pertama masuk sekolah.
- Rasa cemas atau tidak nyaman saat menggunakan toilet, contohnya karena trauma saat latihan.
- Adanya kelainan, misalnya karena anus dan rektum bayi tidak terbentuk secara sempurna atau adanya gangguan pada sistem pencernaan.
Konstipasi dan Kehamilan
Konstipasi juga sering dialami oleh ibu hamil pada masa awal kehamilan karena tubuh mereka memproduksi lebih banyak hormon progesteron wanita. Peningkatan hormon yang berfungsi sebagai pelemas otot ini membuat otot usus sulit berkontraksi dan mendorong kotoran keluar.
http://www.alodokter.com/konstipasi
Tonton Berikut Ini
0 komentar:
Posting Komentar