Senin, 29 Januari 2018

Pengertian Kanker Paru-Paru

Pengertian Kanker Paru-Paru
Kanker paru-paru adalah suatu kondisi dimana sel-sel tumbuh secara tidak terkendali di dalam paru-paru (organ yang berfungsi untuk menyebarkan oksigen ke dalam darah saat menghirup napas dan membuang karbondioksida saat menghela napas). Kanker paru-paru merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum terjadi.
Meskipun begitu, kanker paru-paru termasuk salah satu jenis kanker yang paling bisa dicegah. Kondisi ini kebanyakan diderita oleh para perokok aktif dan pasif. Pada tahap awal, tidak ada tanda atau gejala kanker paru-paru yang jelas. Tapi kemudian gejala seperti batuk secara berkelanjutan hingga mengalami batuk darah, selalu merasa kehabisan napas, kelelahan tanpa alasan,dan penurunan berat badan akan muncul.
Kanker Paru-paru-Alodokter

Penderita Kanker Paru-paru di Indonesia

Berdasarkan data WHO, kanker paru-paru adalah salah satu jenis kanker yang paling sering menyerang laki-laki Indonesia. Berdasarkan data Globocan atau International Agency for Research on Cancer (IARC) pada tahun 2012, di Indonesia terdapat 25.322 kasus kanker paru-paru yang menimpa pria dan 9.374 kasus yang menimpa wanita.
Hasil penelitian pada 100 Rumah Sakit di Jakarta menunjukkan bahwa kanker paru merupakan kasus kanker terbanyak pada laki-laki, dan nomor empat terbanyak pada wanita. Angka kejadian kanker paru cukup rendah pada usia di bawah 40 tahun, dan semakin meningkat hingga usia 70 tahun.

Jenis Kanker Paru-paru yang Ada

Terdapat dua jenis kanker paru-paru primer berdasarkan jenis selnya, yaitu kanker paru-paru sel kecil (small-cell lung cancer/SCLC) dan kanker paru-paru non-sel kecil (non-small-cell lung cancer/NSCLC). Kanker paru-paru non-sel kecil berpeluang empat kali lebih sering terjadi dibandingkan dengan kanker paru-paru sel kecil.
Kanker paru-paru sel kecil (SCLC) biasanya hanya menimpa para perokok berat dan penyebarannya lebih cepat dibandingkan dengan kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC).

Orang Yang Berisiko Terkena Kanker Paru-paru

Merokok bisa dikatakan sebagai penyebab utama kanker paru-paru. Orang yang paling berisiko terkena kanker paru-paru adalah perokok aktif. Sekitar 85 persen kanker paru-paru dikaitkan dengan kebiasaan merokok. Meski begitu, bukan berarti setiap perokok akan terkena kanker paru-paru. Selain itu, orang yang tidak merokok juga berkemungkinan terserang kanker paru-paru, meski lebih rendah jumlahnya.
Selain rokok, beberapa penyebab kanker paru-paru lain adalah menghirup arsenik, radiasi, dan polusi udara. Kanker paru-paru juga lebih umum terjadi pada orang yang sudah lanjut usia.

Pengobatan Pada Kanker Paru-paru

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi metode pengobatan dan penanganan yang dilakukan untuk mengatasi kanker paru-paru yaitu:
  • Seberapa parah penyebaran kanker.
  • Kondisi kesehatan pasien.
  • Jenis kanker yang diderita.
Operasi pengangkatan kanker bisa dilakukan jika sel kanker belum menyebar secara luas ke bagian tubuh yang lainnya. Jika kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi pengangkatan, cara penanganan yang lainnya bisa diterapkan. Proses penghancuran sel kanker dengan cara radioterapi bisa dijalankan.
Kanker paru-paru umumnya tidak menimbulkan gejala sebelum sel-sel kanker tersebut menyebar ke bagian besar paru-paru atau ke bagian tubuh lainnya. Kesembuhan tergantung kepada penyebaran kanker dan kapan diagnosis kanker diketahui. Makin awal diagnosis yang dilakukan, kemungkinan pengobatan untuk berhasil juga menjadi lebih tinggi.

Gejala Kanker Paru-Paru

Pada tahap awal, kanker paru-paru tidak menyebabkan gejala apa pun. Gejala hanya akan muncul ketika perkembangan kanker telah mencapai suatu tahap tertentu. Berikut ini adalah gejala-gejala utama yang akan dialami penderita kanker paru-paru, di antaranya:
  • Batuk yang berkelanjutan dan bertambah parah, hingga akhirnya mengalami batuk darah.
  • Mengalami sesak napas dan rasa nyeri di dada.
  • Mengalami kelelahan tanpa alasan.
  • Pembengkakan pada muka atau leher.
  • Sakit kepala.
  • Sakit pada tulang, bisa pada bahu, lengan atau tangan.
  • Berat tubuh menurun.
  • Kehilangan selera makan.
  • Suara menjadi serak.
  • Kesulitan menelan atau sakit saat menelan sesuatu.
  • Perubahan pada bentuk jari, yaitu ujung jari menjadi cembung.
Segera temui dokter atau pergi ke klinik untuk memastikan diagnosis dari gejala yang dialami.
Penyebab Kanker Paru-Paru
Penyebab utama dari kanker paru-paru adalah merokok, baik pada perokok aktif maupun pada perokok pasif. Tapi orang yang tidak merokok maupun terkena pajanan asap rokok juga dapat menderita kanker paru-paru. Beberapa penyebab dari kanker paru-paru akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini.

Perokok Aktif dan Perokok Pasif

Sekitar 80-90 persen kasus kanker paru-paru disebabkan oleh kebiasaan merokok. Maka para perokok aktif menjadi kelompok yang paling berisiko. Asap rokok yang dihisap, mengandung lebih dari 60 zat-zat beracun yang dapat memicu perkembangan kanker. Zat-zat beracun ini dikenal dengan sebutan karsinogenik. Misalnya nikotin yang dipakai di dalam insektisida serta tar yang digunakan dalam pembuatan aspal jalanan.
Pada awalnya, kerusakan ini dapat diperbaiki oleh tubuh. Tapi pengulangan dan keberlanjutan dari merokok menyebabkan kerusakan pada jaringan paru-paru terus bertambah. Kerusakan inilah yang mengakibatkan sel-sel bereaksi secara tidak normal hingga akhirnya muncul sel kanker.
Saat ini, lebih dari 60 juta penduduk Indonesia adalah perokok aktif. Jumlah ini terus bertambah dari tahun ke tahun. Indonesia berada di urutan ketiga dalam negara-negara dengan perokok aktif tertinggi, di belakang China dan India.
Selain tembakau, ganja juga mengandung zat-zat yang dapat memicu kanker. Tembakau sering dicampur dengan ganja. Meski kuantitas tembakau yang dicampur dengan ganja lebih sedikit dibandingkan dengan rokok, para perokok ganja mengisap lebih dalam dan lebih lama. Dampak mengisap tembakau yang dicampur dengan ganja jauh lebih buruk daripada mengisap rokok tembakau biasa.
Perokok pasif adalah orang yang terkena pajanan asap rokok tapi tidak merokok secara langsung. Meski tidak merokok secara langsung, perokok pasif tetap berisiko terkena kanker paru-paru. Risiko perokok pasif terkena kanker paru-paru meningkat setidaknya 20 persen dibandingkan orang yang tidak terkena pajanan asap rokok.

Polusi Udara

Menurut data WHO, Asia Tenggara berada di posisi kedua sebagai wilayah penyumbang buruknya polusi udara di dunia. Risiko terkena kanker paru-paru akan meningkat jika kita terkena pajanan polusi udara contohnya dari asap kendaraan atau asap pabrik. Sekitar satu dari 100 kematian karena kanker paru-paru diakibatkan oleh tingkat polusi yang tinggi. Menghirup asap pembuangan dari kendaraan maupun pabrik bisa memiliki dampak yang sama seperti merokok pasif.

Pajanan di Tempat Kerja

Beberapa pekerjaan memiliki kemungkinan kaitan dengan meningkatnya risiko terkena kanker paru-paru. Pegawai yang terkena pajanan beberapa senyawa kimia yang bersifat karsinogenik, seperti asbes, nikel, batu bara, silika, dan arsenik memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita kanker paru-paru.

Pajanan Radiasi

Radon adalah bagian dari udara yang kita hirup. Radon adalah gas radioaktif yang muncul secara alami. Gas ini berasal dari batuan dan tanah dalam jumlah yang sangat kecil.
Gas radon ini bisa berpindah tempat melalui tanah. Gas ini akan masuk ke dalam rumah melalui celah-celah pondasi, pipa, saluran air atau lubang terbuka lainnya. Gas ini bisa diuji dengan alat pengujian sederhana, karena gas radon bersifat tidak kasat mata dan tidak berbau. Jika dihirup, gas radon dapat merusak paru-paru, terutama bagi seorang perokok.
Lihat Video Dibawah Ini:
Sumber:http://www.alodokter.com/kanker-paru-paru
Share:

PENGERTIAN TUBERKULOSIS BESERTA PENYEBABNYA

PENGERTIAN TUBERKULOSIS

Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC, adalah penyakit menular paru-paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosisPenyakit ini ditularkan dari penderita TB aktif yang batuk dan mengeluarkan titik-titik kecil air liur dan terinhalasi oleh orang sehat yang tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit ini.
TB termasuk dalam 10 besar penyakit yang menyebabkan kematian di dunia. Data WHO menunjukkan bahwa pada tahun 2015, Indonesia termasuk dalam 6 besar negara dengan kasus baru TB terbanyak.
alodokter-tuberkulosis2
Gejala dan Jenis Tuberkulosis
TB paling sering menyerang paru-paru dengan gejala klasik berupa batuk, berat badan turun, tidak nafsu makan, demam, keringat di malam hari, batuk berdarah, nyeri dada, dan lemah. Jenis batuk juga bisa berdahak yang berlangsung selama lebih dari 21 hari.
Saat tubuh kita sehat, sistem kekebalan tubuh dapat memberantas basil TB yang masuk ke dalam tubuh. Tapi, sistem kekebalan tubuh juga terkadang bisa gagal melindungi kita.
Basil TB yang gagal diberantas sepenuhnya bisa bersifat tidak aktif untuk beberapa waktu sebelum kemudian menyebabkan gejala-gejala TB. Kondisi ini dikenal sebagai tuberkulosis laten. Sementara basil TB yang sudah berkembang, merusak jaringan paru-paru, dan menimbulkan gejala dikenal dengan istilah tuberkulosis aktif.
Penyebab dan Faktor Risiko Tuberkulosis
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil tersebut menyebar di udara melalui semburan titik-titik air liur dari batuk pengidap TB aktif.
Terdapat sejumlah orang yang memiliki risiko penularan TB yang lebih tinggi. Kelompok-kelompok tersebut meliputi:
  • Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pengidap HIV/AIDS, diabetes, atau orang yang sedang menjalani kemoterapi.
  • Orang yang mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi.
  • Perokok.
  • Pecandu narkoba.
  • Orang yang sering berhubungan dengan pengidap TB aktif, misalnya petugas medis atau keluarga pengidap.
Proses Diagnosis Tuberkulosis
Tuberkulosis termasuk penyakit yang sulit untuk terdeteksi. Dokter biasanya menggunakan beberapa cara untuk mendiagnosis penyakit ini, antara lain:
  • Rontgen dada.
  • Tes Mantoux.
  • Tes darah.
  • Tes dahak.
Pengobatan dan Pencegahan Tuberkulosis
Penyakit yang tergolong serius ini dapat disembuhkan jika diobati dengan benar. Langkah pengobatan yang dibutuhkan adalah dengan mengonsumsi beberapa jenis antibiotik dalam jangka waktu tertentu.
Sementara langkah utama untuk mencegah TB adalah dengan menerima vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini termasuk dalam daftar imunisasi wajib dan diberikan sebelum bayi berusia 2 bulan.
Risiko Komplikasi Tuberkulosis
Apabila tidak diobati, bakteri TB dapat menyebar ke bagian tubuh lain dan berpotensi mengancam jiwa pengidap. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah:
  • Nyeri tulang punggung.
  • Meningitis.
  • Kerusakan sendi.
  • Gangguan hati, ginjal, atau jantung.
Gejala Tuberkulosis

TBC memiliki gejala-gejala klasik yang umumnya berupa:
  • Batuk-batuk yang bisa menjadi batuk berdahak. Batuk ini berlangsung selama 21 hari atau lebih.
  • Batuk yang mengeluarkan darah.
  • Dada yang terasa sakit saat bernapas atau batuk.
  • Tidak nafsu makan.
  • Penurunan berat badan.
  • Demam dan menggigil.
  • Berkeringat secara berlebihan pada malam hari.
  • Kelelahan.
Segera hubungi dokter jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut. TB bisa disembuhkan jika diobati dengan seksama dan tepat.
Tidak semua basil TB yang masuk ke tubuh langsung menyebabkan gejala (tuberkulosis aktif). Ada juga kasus di mana basil TB bersembunyi tanpa memicu gejala sampai suatu hari berubah aktif. Kondisi ini dikenal sebagai tuberkulosis laten. Selain tidak mengalami gejala, pengidap tuberkulosis laten juga tidak menular. Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia mengidap TB laten.
Sementara TB yang berkembang, merusak jaringan paru, dan menimbulkan gejala-gejala dalam beberapa minggu setelah terinfeksi dikenal dengan istilah tuberkulosis aktif. Sangat penting agar TB jenis ini diobati karena termasuk penyakit menular.
Penyebab Tuberkulosis
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Basil ini menyebar di udara melalui semburan titik-titik air liur dari batuk pengidap tuberkulosis aktif.
Meski demikian, penularan TB tidaklah semudah penyebaran pilek atau flu karena umumnya membutuhkan beberapa waktu. Makin lama seseorang terpapar atau berinteraksi dengan penderita TB, risiko penularan akan makin tinggi. Misalnya, anak yang tinggal serumah dengan pengidap TB akan memiliki risiko tinggi untuk tertular.
Risiko penularan TB juga berpotensi meningkat bagi kelompok-kelompok orang tertentu, di antaranya adalah:
  • Orang yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh.
  • Petugas medis yang sering berhubungan dengan pengidap TB.
  • Manula serta anak-anak.
  • Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya pengidap HIV, diabetes, kanker, serta orang yang kekurangan gizi.
  • Pengguna obat-obatan terlarang.
  • Orang yang kecanduan minuman keras.
  • Pengguna tembakau, misalnya dalam bentuk rokok. Hampir 20 persen kasus TB dipicu oleh merokok.
Selain paru-paru, basil TB juga bisa menyerang tulang, otak, sistem pencernaan, kelenjar getah bening, sistem saluran kemih, serta sistem saraf.
Lihat Video Dibawah Ini:

Sumber:http://www.alodokter.com/tuberkulosis

Share:

PENYAKIT ASMA BESERTA PENYEBABNYA

PENYAKIT ASMA

Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang menimbulkan sesak atau sulit bernapas. Selain sulit bernapas, penderita asma juga bisa mengalami gejala lain seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi. Asma bisa diderita oleh semua golongan usia, baik muda atau tua.
Meskipun penyebab pasti asma belum diketahui secara jelas, namun ada beberapa hal yang kerap memicunya, seperti asap rokok, debu, bulu binatang, aktivitas fisik, udara dingin, infeksi virus, atau bahkan terpapar zat kimia.
Bagi seseorang yang memiliki penyakit asma, saluran pernapasannya lebih sensitif dibandingkan orang lain yang tidak hidup dengan kondisi ini. Ketika paru-paru teriritasi pemicu di atas, maka otot-otot saluran pernapasan penderita asma akan menjadi kaku dan membuat saluran tersebut menyempit. Selain itu, akan terjadi peningkatan produksi dahak yang menjadikan bernapas makin sulit dilakukan.
Asma-alodokter

Penderita asma di Indonesia

Laporan riset kesehatan dasar oleh Kementrian Kesehatan RI tahun 2013 memperkirakan jumlah pasien asma di Indonesia mencapai 4.5 persen dari total jumlah penduduk. Provinsi Sulawesi Tengah menduduki peringkat penderita asma terbanyak sebanyak 7.8 persen dari total penduduk di daerah tersebut.
Menurut data yang dikeluarkan WHO pada bulan Mei tahun 2014, angka kematian akibat penyakit asma di Indonesia mencapai 24.773 orang atau sekitar 1,77 persen dari total jumlah kematian penduduk. Setelah dilakukan penyesuaian umur dari berbagai penduduk, data ini sekaligus menempatkan Indonesia di urutan ke-19 di dunia perihal kematian akibat asma.

Diagnosis asma

Untuk mengetahui apakah seorang pasien menderita penyakit asma, maka dokter perlu melakukan sejumlah tes. Namun sebelum tes dilakukan, dokter biasanya akan mengajukan pertanyaan pada pasien mengenai gejala apa saja yang dirasakan, waktu kemunculan gejala tersebut, dan riwayat kesehatan pasien serta keluarganya.
Jika seluruh keterangan yang diberikan pada pasien mengarah pada penyakit asma, maka selanjutnya dokter bisa melakukan tes untuk memperkuat diagnosis, misalnya:
  • Spirometri
  • Tes Arus Puncak Ekspirasi (APE)
  • Uji Provokasi Bronkus
  • Pengukuran Status Alergi
  • CT Scan
  • Rontgen
Jika seseorang terdiagnosis mengidap asma saat kanak-kanak, gejalanya mungkin bisa menghilang ketika dia remaja dan muncul kembali saat usianya lebih dewasa. Namun gejala asma yang tergolong menengah atau berat di masa kanak-kanak, akan cenderung tetap ada walau bisa juga muncul kembali. Kendati begitu, asma bisa muncul di usia berapa pun dan tidak selalu berawal dari masa kanak-kanak.

Pengobatan asma

Ada dua tujuan dalam pengobatan penyakit asma, yaitu meredakan gejala dan mencegah gejala kambuh. Untuk mendukung tujuan tersebut, diperlukan rencana pengobatan dari dokter yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Rencana pengobatan meliputi cara mengenali dan menangani gejala yang memburuk, serta obat-obatan apa yang harus digunakan.
Penting bagi pasien untuk mengenali hal-hal yang dapat memicu asma mereka agar dapat menghindarinya. Jika gejala asma muncul, obat yang umum direkomendasikan adalah inhaler pereda.
Bilamana terjadi serangan asma dengan gejala yang terus memburuk (secara perlahan-lahan atau cepat) meskipun sudah ditangani dengan inhaler atau obat-obatan lainnya, maka penderita harus segera mendapatkan penanganan di rumah sakit. Meski jarang terjadi, serangan asma bisa saja membahayakan nyawa. Bagi penderita asma kronis, peradangan pada saluran napas yang sudah berlangsung lama dan berulang-ulang bisa menyebabkan penyempitan permanen.

Komplikasi asma

Berikut ini adalah dampak akibat penyakit asma yang bisa saja terjadi:
  • Masalah psikologis (cemas, stres, atau depresi).
  • Menurunnya performa di sekolah atau di pekerjaan.
  • Tubuh sering terasa lelah.
  • Gangguan pertumbuhan dan pubertas pada anak-anak.
  • Status asmatikus (kondisi asma parah yang tidak respon dengan terapi normal).
  • Pneumonia.
  • Gagal pernapasan.
  • Kerusakan pada sebagian atau seluruh paru-paru.
  • Kematian.

Mengendalikan penyakit asma

Jika Anda kebetulan mengidap asma atau hidup dengan asma sejak lama, jangan cemas dengan kondisi ini karena asma merupakan penyakit yang masih dapat dikendalikan asalkan Anda:
  • Mengenali dan menghindari pemicu asma.
  • Mengikuti rencana penanganan asma yang dibuat bersama dokter.
  • Mengenali serangan asma dan melakukan langkah pengobatan yang tepat.
  • Menggunakan obat-obatan asma yang disarankan oleh dokter secara teratur.
  • Memonitor kondisi saluran napas Anda.
Jika penggunaan inhaler pereda asma reaksi cepat makin meningkat, segera konsultasikan kepada dokter agar rencana penanganan asma Anda disesuaikan kembali. Selain itu, disarankan untuk melakukan vaksinasi influenza dan pneumonia secara teratur untuk mencegah memburuknya penyakit asma yang disebabkan kedua penyakit tersebut.
Gejala utama asma meliputi sulit bernapas (terkadang bisa membuat penderita megap-megap), batuk-batuk, dada yang terasa sesak, dan mengi (suara yang dihasilkan ketika udara mengalir melalui saluran napas yang menyempit). Apabila gejala ini kumat, sering kali penderita asma menjadi sulit tidur.
Tingkat keparahan gejala asma bervariasi, mulai dari yang ringan hingga parah. Memburuknya gejala biasanya terjadi pada malam hari atau dini hari. Sering kali hal ini membuat penderita asma menjadi sulit tidur dan kebutuhan akan inhaler semakin  sering. Selain itu, memburuknya gejala juga bisa dipicu oleh reaksi alergi atau aktivitas fisik.
Gejala asma yang memburuk secara signifikan disebut serangan asma. Serangan asma biasanya terjadi dalam kurun waktu 6-24 jam, atau bahkan beberapa hari. Meskipun begitu, ada beberapa penderita yang gejala asmanya memburuk dengan sangat cepat kurang dari waktu tersebut.
Selain sulit bernapas, sesak dada, dan mengi yang memburuk secara signifikan, tanda-tanda lain serangan asma parah dapat meliputi:
  • Inhaler pereda yang tidak ampuh lagi dalam mengatasi gejala.
  • Gejala batuk, mengi dan sesak di dada semakin parah dan sering.
  • Sulit bicara, makan, atau tidur akibat sulit bernapas.
  • Bibir dan jari-jari yang terlihat biru.
  • Denyut jantung yang meningkat.
  • Merasa pusing, lelah, atau mengantuk.
  • Adanya penurunan arus puncak ekspirasi.
Jangan abaikan jika Anda atau keluarga Anda mengalami tanda-tanda serangan asma di atas. Segera temui dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Penyebab asma secara pasti masih belum diketahui. Meskipun begitu, ada beberapa hal yang dapat memicu kemunculan gejala penyakit ini, di antaranya:
  • Infeksi paru-paru dan saluran napas yang umumnya menyerang saluran napas bagian atas seperti flu.
  • Alergen (bulu hewan, tungau debu, dan serbuk bunga).
  • Paparan zat di udara, misalnya asap kimia, asap rokok, dan polusi udara.
  • Faktor kondisi cuaca, seperti cuaca dingin, cuaca berangin, cuaca panas yang didukung kualitas udara yang buruk, cuaca lembap, dan perubahan suhu yang drastis.
  • Kondisi interior ruangan yang lembap, berjamur, dan berdebu.
  • Stres.
  • Emosi yang berlebihan (kesedihan yang berlarut-larut, marah berlebihan, dan tertawa terbahak-bahak).
  • Aktivitas fisik (misalnya olahraga).
  • Obat-obatan, misalnya obat pereda nyeri anti-inflamasi nonsteroid (aspirin, naproxen, dan ibuprofen) dan obat penghambat beta (biasanya diberikan pada penderita gangguan jantung atau hipertensi).
  • Makanan atau minuman yang mengandung sulfit (zat alami yang kadang-kadang digunakan sebagai pengawet), misalnya selai, udang, makanan olahan, makanan siap saji, minuman kemasan sari buah, bir, dan wine.
  • Alergi makanan (misalnya kacang-kacangan).
  • Penyakit refluks gastroesofageal (GERD) atau penyakit di mana asam lambung kembali naik ke kerongkongan sehngga mengiritasi saluran cerna bagian atas.
Sangat penting untuk mengetahui apa yang kerap memicu munculnya gejala apabila Anda adalah seorang penderita asma. Setelah mengetahuinya, hindari hal-hal tersebut karena itu merupakan cara terbaik bagi Anda untuk mencegah terjadinya serangan asma.

Faktor-faktor risiko asma

Saluran pernapasan orang yang memiliki asma lebih sensitif dan mudah mengalami inflamasi dibandingkan dengan orang-orang normal ketika teriritasi oleh pemicu-pemicu yang telah disebutkan di atas.
Saat gejala asma muncul, saluran pernapasan akan menyempit dan otot-otot di sekitar saluran tersebut mengencang. Selain itu, ada peningkatan peradangan pada lapisan saluran pernapasan dan produksi dahak yang makin menambah penyempitan pada saluran pernapasan.
Dengan menyempitnya bagian-bagian dari saluran pernapasan, maka udara akan lebih sulit mengalir dan penderita menjadi makin sulit bernapas.
Menurut penelitian, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena penyakit asma, di antaranya:
  • Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit asma atau
  • alergi atopik (kondisi yang berkaitan dengan alergi, misalnya alergi makanan dan eksim).
  • Mengidap penyakit bronkiolitis atau infeksi paru-paru saat masih kecil.
  • Lahir dengan berat badan di bawah normal, yaitu kurang dari dua kilogram.
  • Kelahiran prematur, terutama jika membutuhkan ventilator.
  • Terpapar asap rokok saat masih kecil. Pada kasus ibu yang merokok saat hamil, risiko anak untuk menderita asma akan meningkat.
Lihat Video Dibawah Ini:

Sumber:http://www.alodokter.com/asma
Share:

Penyakit Influenza beserta Gejalanya


Definisi

Apa itu flu (influenza)?

Flu, atau influenza, adalah infeksi virus pada pernafasan. Influenza datang secara tiba-tiba, berlangsung selama 7 sampai 10 hari, dan biasanya hilang begitu saja. Kebanyakan orang sembuh sepenuhnya. Namun, bagi orang tua, balita, dan orang dengan imunitas yang lemah, flu bisa memicu kondisi yang lebih parah dan bahkan mengakibatkan kematian akibat komplikasi. Tipe lain dari flu adalah flu babi (HIN1), flu burung (H5N1, H7N9), dan lain-lain.
Setiap tahun terdapat 10% hingga 15% kasus flu, memengaruhi 250.000 – 500.000 orang. Jenis baru dari influenza A/H1N1 menyebabkan wabah pada Juni 2009. Kebanyakan orang terjangkit pada musim gugur dan musim dingin.

Seberapa umumkah flu (influenza)?

Flu sangat umum dan bisa memengaruhi pasien dari segala usia. Influenza dapat dihindari dengan mengurangi faktor risiko Anda. Silakan mendiskusikan dengan dokter Anda untuk info lebih lanjut.
Orang dewasa biasanya terjangkit influenza 2-3 sekali per tahun sedangkan anak-anak bisa mencapai 6-7 kali per tahun. Beberapa orang yang mempunyai risiko lebih tinggi untuk pilek:
  • Anak-anak di bawah 5 tahun, dan terutama mereka yang di bawah 2 tahun
  • Orang dewasa berusia lebih dari 65 tahun
  • Penghuni panti jompo dan fasilitas pelayanan jangka panjang
  • Wanita hamil
  • Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah
  • Orang yang mempunyai penyakit kronis seperti asma, penyakit jantung, penyakit ginjal dan diabetes
  • Orang yang sangat gemuk, dengan Indeks Massa Tubuh (body mass index alias BMI) sebesar 40 atau lebih

Tanda-tanda & gejala

Apa saja tanda-tanda dan gejala flu (influenza)?

Gejala flu datang secara tiba-tiba. Tanda dan gejalanya biasanya mulai dari 24 sampai 48 jam setelah terpapar virus flu. Gejala dan demam terburuk biasanya berlangsung selama 3 sampai 5 hari. Tanda dan gejalanya seperti panas tinggi (mencapai 40° C), panas dingin, nyeri otot, merasa sangat lemah atau lelah, sakit kepala, sakit mata, batuk, bersin, sakit tenggorokan, hidung meler, dan sakit perut (terlebih pada anak-anak dibandingkan orang dewasa). Batuk dan merasa sangat lemah dan lelah bisa bertahan hingga 6 minggu.
Mungkin ada beberapa tanda dan gejala yang tidak tercantum di atas. Jika Anda mempunyai pertanyaan lebih lanjut mengenai gejala pilek, silakan berkonsultasi dengan dokter Anda.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Kebanyakan orang yang terkena flu dapat mengobati dirinya sendiri di rumah dan biasanya tidak perlu ke dokter.
Jika Anda menunjukkan gejala flu dan berisiko komplikasi, pergilah ke dokter segera. Mengonsumsi obat antivirus dalam 48 jam pertama setelah munculnya gejala utama dapat mengurangi lamanya Anda mengidap penyakit dan membantu mencegah masalah yang lebih serius.

Penyebab

Apa penyebab flu (influenza)?

Flu disebabkan oleh virus yang diklasifikasikan sebagai jenis A, B atau C. Jenis A adalah jenis influenza yang paling umum.
Orang terkena virus penyebab pilek akibat menghirup udara yang sudah tercemar virus dari orang lain yang terinfeksi (misalnya melalui batuk atau bersin), atau dari menyentuh sesuatu yang sudah disentuh orang yang terinfeksi.
Flu bisa menyebar melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi atau jika Anda memakan daging hewan tersebut.

Faktor-faktor risiko

Apa yang meningkatkan risiko saya untuk flu (influenza)?

Ada beberapa faktor risiko untuk flu, misalnya:
  • Usia: Flu musiman cenderung menyerang balita dan orang tua
  • Kondisi tempat tinggal: Orang yang tinggal di fasilitas bersama dengan banyak penghuni, seperti panti jompo atau asrama tentara, lebih sering terkena pilek
  • Sistem kekebalan tubuh lemah: Pengobatan kanker, obat anti penolakan, kortikosteroid, dan HIV/AIDS bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh Anda. Hal ini bisa membuat Anda lebih mudah tertular pilek dan bisa juga meningkatkan risiko Anda terkena komplikasi
  • Penyakit kronis: Kondisi kronis, seperti asma, diabetes, atau jantung, bisa meningkatkan risiko Anda terjangkit komplikasi akibat influenza
  • Hamil: Wanita hamil lebih mungkin untuk terjangkit komplikasi influenza, terutama dalam trimester kedua dan ketiga
  • Kegemukan: Orang dengan Indeks Massa Tubuh (BMI) sebesar 40 atau lebih memiliki peningkatan risiko komplikasi dari flu

Obat & Pengobatan

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Apa saja pilihan pengobatan saya untuk flu (influenza)?

Pengobatan yang paling baik adalah istirahat. Flu tidak bisa disembuhkan dengan antibiotik, tetapi pengobatan lainnya bisa mengendalikan gejalanya, dan obat-obatan lain (antivirus) bisa memperpendek durasinya. Untuk mengatasi ketidaknyamanan, obat non-aspirin, seperti acetaminophen dan ibuprofen, sirup batuk, dan dekongestan bisa digunakan. Jangan memberikan aspirin kepada anak-anak berusia kurang dari 16 tahun karena akan sangat meningkatkan risiko terkena Reye’s Syndrome.
Menghirup uap hangat dapat melegakan hidung yang tersumbat dan membantu mengencerkan sekret hidung (ingus). Tuangkan air panas ke dalam baskom lalu hirup uap hangat yang dihasilkan oleh air panas tersebut. Minyak esensial yang beraroma dapat ditambahkan. Anda dapat menggunakan selimut untuk membuat ruang tertutup bagi kepala Anda dan baskom agar uap air dapat terfokus ke hidung Anda. Tundukkan kepala Anda agar dapat mengarahkan uap air dengan lebih baik. Perbanyak minum air putih untuk mengencerkan sekret hidung (ingus)

Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk flu (influensa)?

Dokter akan membuat diagnosis dari gejala-gejala yang Anda alami. Dokter juga bisa melakukan tes untuk memastikan diagnosis tersebut. Tes tersebut bisa melibatkan sampel cairan dari ingus atau menggunakan sampel darah. Dokter juga bisa meminta x-ray untuk mengecek adanya pneumonia (komplikasi).

Pengobatan di rumah

Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi flu (influenza)?

Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi flu:
  • Mandi air hangat atau kompres dengan bantalan pemanas bisa membantu meringankan nyeri otot.
  • Menghirup uap hangat misalnya dengan vaporizer dapat membantu mengencerkan sekret hidung (ingus) menipiskan sekres.
  • Berkumur dengan air garam hangat atau obat kumur bisa meringankan sakit tenggorokan.
  • Perbanyak cairan dalam tubuh: minum 2 liter air putih setiap harinya untuk mengganti cairan tubuh yang hilang dan konsumsi suplemen vitamin untuk daya tahan tubuh
  • Istirahat yang cukup: orang dewasa sehat membutuhkan waktu tidur ideal antara 7- 8 jam sehari untuk memberikan waktu bagi otot dan pikiran beristirahat
  • Konsumsi obat penghilang rasa sakit: Konsultasi dengan dokter atau apoteker Anda untuk mendapat obat penghilang rasa sakit, baik resep/nonresep. Obat-obatan ini dapat mengurangi rasa sakit yang diasosiasikan dengan pilek
Lihat Video Dibawah Ini|:

Sumber:https://hellosehat.com/penyakit/flu-influenza/
Share:

PENYAKIT TONSILITIS BESERTA GEJALANYA


Apa itu amandel (tonsilitis)?

Tonsilitis atau sering disebut radang amandel adalah pembengkakan dan peradangan pada amandel, yang biasanya disebabkan oleh infeksi.

Seberapa umumkah amandel (tonsilitis)?

Kondisi ini umum terjadi pada jutaan individu setiap tahunnya. Walau menimbulkan rasa yang tidak nyaman, tonsilitis jarang merupakan penyakit yang serius. Radang amandel dapat terjadi pada pasien dengan usia berapapun, namun paling banyak ditemui pada anak-anak kecil hingga remaja. Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

Tanda-tanda & gejala

Apa saja tanda-tanda dan gejala amandel (tonsilitis)?

Gejala umum dari tonsilitis adalah:
  • Radang tenggorokan
  • Kesulitan atau sakit saat menelan
  • Suara yang serak
  • Batuk
  • Napas bau
  • Kehilangan napsu makan
  • Sakit kepala
  • Leher kaku
  • Nyeri pada rahang dan leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening
  • Amandel yang tampak berwarna merah dan bengkak
  • Amandel yang memiliki bercak putih atau kuning
  • Kesulitan membuka mulut
  • Kelelahan.
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Anda harus menghubungi dokter bila Anda mengalami gejala-gejala berikut ini:
  • Demam di atas 39.5°C
  • Kelemahan otot
  • Leher kaku
  • Sakit atau kesulitan saat menelan
  • Tidak dapat membuka mulut
  • Kesulitan bernapas
Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah dengan dokter Anda. Tubuh masing-masing orang berbeda. Selalu konsultasikan ke dokter untuk menangani kondisi kesehatan Anda.

Penyebab

Apa penyebab amandel (tonsilitis)?

Infeksi bakteri seperti streptococcus adalah salah satu penyebab utama radang amandel. Menurut American Academy of Family Physicians (AAFP), diperkirakan 15-30% kasus tonsilitis disebabkan oleh bakteri.
Infeksi virus seperti Epstein-Barr, herpes, influenza, dan enterovirus juga merupakan penyebab paling umum dari tonsilitis.

Faktor-faktor risiko

Apa yang meningkatkan risiko saya untuk amandel (tonsilitis)?

Faktor-faktor risiko utama yang berkontribusi terhadap radang amandel meliputi:
  • Usia yang muda: tonsilitis yang disebabkan oleh bakteri paling umum terjadi pada anak-anak berusia 5-15 tahun.
  • Paparan terhadap kuman: anak-anak usia sekolah sering memiliki kontak yang dekat dengan teman-teman, mengekspos mereka dengan berbagai virus dan bakteri.

Obat & Pengobatan

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Bagaimana mendiagnosis amandel (tonsilitis)?

Untuk menentukan penyebab, dokter dapat melakukan rapid strep test atau throat swab culture dengan menyeka dengan lembut bagian belakang tenggorokan Anda. Tes darah juga dapat digunakan untuk bukti pendukung.

Bagaimana cara mengobati amandel (tonsilitis)?

Kasus tonsilitis yang ringan tidak memerlukan pertolongan medis. Namun, jika kasus yang terjadi parah, Anda perlu melakukan perawatan berikut:

  • Antibiotik: Diberikan apabila infeksi bakteri merupakan penyebab tonsilitis. Gejala akan membaik dalam beberapa hari penggunaan antibiotik. Penting untuk menghabiskan dosis untuk mencegah kambuhnya kondisi atau resistensi antibiotik.

  • Operasi: Operasi amandel dilakukan untuk mengangkat amandel yang terinfeksi apabila kondisi Anda kronis, berulang, dan tidak merespon terhadap perawatan serta menyebabkan komplikasi.

Pengobatan di rumah

Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi amandel (tonsilitis)?

Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi radang amandel:
  • Minum banyak cairan
  • Istirahat yang cukup
  • Kumur dengan air garam hangat beberapa kali sehari
  • Makan pelega tenggorokan (lozenges)
  • Gunakan humidifier untuk melembabkan udara di ruangan
  • Hindari asap
Lihat Video Dibawah ini:


Sumber:https://hellosehat.com/penyakit/amandel-tonsilitis/
Share:

Sample Text

Perfect World Online Pointer

Recent Posts

Perfect World Online Pointer

BTemplates.com

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Cari Blog Ini